Sabtu, 14 September 2013

BARONG LANDUNG


BARONG LANDUNG

Di dalam kehidupan di Bali, Barong Landung kerap mengisi Hari Raya Galungan dengan acara “ngelawang” (menari sambil berkeliling desa). Asal mula Barong Landung dapat kita jumpai di dalam dua buah cerita dengan versi yang berbeda, maka dari itu saya hadirkan kedua buah versi itu di dalam wacana di bawah ini agar informasi yang kita terima maksimal.

Versi 1
Ida Dalem Jayapangus adalah raja Bali yang paling tua sekitar 800 masehi, beliau menjadi penguasa  jagat di Singa Duala yang sekarang disebut Dalem Puri. Nah ketika itu terdampar sebuah kapal dagang dari cina yang dimiliki oleh Cocomanira di Batu Klotok (sanur) yang diselamatkan oleh sebuah Kakua Blimbing atau Kuma Raja. Nah pada saat itu Cocomanira menghadap kepada sang raja bersama dengan istri dan anaknya yang bernama Kang Tjing Wei. Disanalah rasa cinta sang prabu muncul. Ida Dalem Jayapangus berniat untuk memperistri Kang Tjing Wei dan niatnya itupun ditentang oleh Pandita Puri karena menganggap bahwa orang Cina adalah kerabat tertua orang Bali dan apabila jadi diperistri maka akan menimbulkan mala petaka.

Karena sudah jatuh cinta, Ida Dalem Jaya pangus tak menggubris saran dari Sang Pandita dan malah mengusirnya. Dihari pernikahannya banjir bandangpun datang dan meluluhlantahkan Purinya, disanalah Ida Dalem Jayapangus teringat dengan pesan dari Sang Pandita. Ia kemudian meminta patihnya untuk mencari Sang Pandita, dan segera meminta maaf atas kesalahnya dulu. Karena Purinya telah hancur lebur maka atas sara Sang Pandita, beliau pun mendirikan sebuah Puri baru yang di sebut Balingkang yang berlokasi di Penelokan, Bangli.

Setelah sekian lama menikah, Ida Dalem Jayapangus belum juga diberi keturunan, atas dasar tersebut kemudian beliau melakukan prosesi pertapaan di Gunung Batur.  Ketika sedang bertapa muncullah wanita lain yang bernama Dewi Danu, rupanya sangat cantik sehingga membuat Ida Dalem Jayapangus terpesona.Ida Dalem Jayapangus merayu Dewi Danu agar mau dijadikan istri, sebelum akhirnya menerima lamaran dari Ida Dalem Jayapangus, Dewi Danupun mengajukan sebuah persyaratan “Jikalau nanti menikah dan mempunyai keturunan, maka harus dijadikan raja”. Karena telah menyanggupi akhirnya Ida Dalem Jaya Pangus dan Dewi Danu menikah. Lahirlah seorang putra berwujud raksasa yang bernama Maya Denawa.

Karena sudah bertahun – tahun Kang Tjing Weipun geram menunggu suaminya pulang kerumah, disusulah sang suami menuju ke Gunug Batur. Sesampainya disana Kang Tjing Wei dimakan rasa sakit hati karena melihat suaminya bersama wanita lain beserta seorang anak laki – laki yang duduk dipangkuan suaminya. Kata caci makipun keluar dari mulut kang Tjing Wei dengan mengatakan kalau Dewi Danu adalah perusak rumah tangga orang. Karena tidak suka dengan perkataan kasar tersebut Dewi Danu pun marah dan membakar Kang Tjing Wei menjadi abu. Melihat hal tersebut Ida Dalem Jayapangus menyesali perbuatannya, makin marahlah Dewi Danu hingga ikut membakar Ida Dalem Jayapangus menjadi abu.


Setelah kejadian tersbeut, rakyat Dalem Balingkang bingung untuk menjalankan pemerintahan karena Rajanya telah dibakar menjadi abu. Disanalah rakyat Dalem Balingkang memohon kepada Dewi Danu untuk menghidupkan kembali Raja mereka. Dengan memohon setulus hati, akhrinya Dewi Danu menghidupkan kembali Ida Dalem Jayapangus dan Kang Tjing Wei  namun dalam bentuk boneka. Abu Kang Tjing Wei dimasukan kedalam boneka bekung dan abu Ida Dalem Jayapangus dimasukan kedalam boneka yang berwana hitam serta bertaring. Kedua boneka tersebut kemudian disungsung oleh rakyat Bali samapai saat ini

Versi 2

Barong ini mula-mula dipakai untuk mengelabui barisan makhluk halus ganas yang menebar segala bencana penyakit dan marabahaya ke perkampungan penduduk Bali. Makhluk-makhluk halus tersebut dipercaya sebagai anak buah dan hulubalang Ratu Gede Mecaling yang menyeberangi lautan dari Nusa Penida. Oleh seorang pendeta sakti, kemudian penduduk disarankan untuk membuat patung yang mirip sang majikan, tinggi besar, hitam dan bertaring, dan diberi nama Jero Gede Mecaling, atau Ratu Mecaling. Karena itu masyarakat segera membuat tiruan Jero Gede Mecaling dan mengaraknya berkeliling kampung untuk membuat para makhluk halus itu takut dan menyingkir. Sirnalah segala macam penderitaan yang menghantui penduduk selama ini. Untuk penghormatan kepada tiruan Jero Gede, dibuatlah pasangannya yang biasa dipanggil Jero Luh. Kedua Barong Landung itu sering dihibur, diajak berjalan-jalan dan dibuatkan keramaian supaya bisa menari dan bersenang-senang.

sumber : 
www.babadbali.com/seni/drama/dt-barong-landung.htm
julianatamanbali.blogspot.com/2011/02/satua-barong-landung.html

4 komentar:

  1. Suksema Putri Karunia pembaharuan pembelajarannya tentang Barong Landung sudah Ibu terima dan dibaca..... senang menerimanya dan jangan lupa... kuasai isinya gih......matur suksema dumogi Bali Lestari

    BalasHapus
  2. Bagus put blognya, nambah ilmu hhi:3

    BalasHapus