Sira sane ngewangiang
Napi sane ngajegang
Bali maurip seni lan budaya
Napi sane ngajegang
Bali maurip seni lan budaya
Sami pinaka meyadnya
Bali kaloktah ke dura negara
Sami seantukan taksu
Bali kaloktah ke dura negara
Sami seantukan taksu
Ngiring sareng-sareng, jage lan lestariang
Ngiring sareng-sareng
Laksanayang trihita karana
Ngiring sareng-sareng
Laksanayang trihita karana
Lirik lagu diatas merupakan lirik lagu yang berjudul "taksu". Taksu merupakan salah satu dari sekian banyaknya keunikan yang hanya ada di Bali. Taksu bukanlah hanya sekedar pelinggih bagi masyarakat Bali. Taksu sendiri membawa kharisma bagi setiap masyarakat yang ada di Bali. Bagi pemahat, pelukis, penari, penyair, dan pelaku seni Bali yang lainnya taksu merupakan pembimbing kerohanian yang memberikan energi, kehalusan jiwa, dan kemurnian pikiran.
Taksu Prahyangan menuntun gerak kehidupan kita kedalam rasa bakti kehadapan Ida Sang Hyang Widdhi. Setiap langkah karya yang dibawakan oleh seniman Bali akan kelihatan mempesona, berkharismatik, memancarkan suatu energi positif, dan membawa ketenangan jiwa bagi setiap penontonnya. Taksu adalah alasan dari semua decakan kagum setiap penonton ketika sedang mengamati karya seni hasil karya seniman Bali.
Banyak pihak yang mendengungkan tentang Ajeg Bali, namun masih banyak yang salah kaprah tentang arti sebenarnya dari Ajeg Bali. Ajeng bali bukan hanya sekedar berbicara tentang bagaimana melestarikan pakaia, makanan, dan tradisi Bali. Menjaga Taksu dan Tri Hita Karana merupakan salah satu hal penting di balik ajakan untuk mengajegkan Bali.
Temuan-temuan yang diperoleh, taksu pada dasarnya merupakan landasan
berpikir dalam upaya mengungkapkan nilai-nilai dan makna keindahan yang
tertinggi. Berdasarkan keterangan di atas ditemukan tiga unsur penting
yang saling mempengaruhi untuk tercapainya pemahaman nilai-nilai taksu,
yaitu : undagi (arsitek), griya (karya), dan masyarakat umum (penghuni
griya). Undagi dengan karyanya bila mendapatkan suatu pengakuan,
penghargaan dari masyarakat dikatakan sebagai undagi metaksu dan griya
metaksu. Metaksu adalah hasil apresiasi masyarakat sebagai penikmat
karya, karena secara kreatif seniman tersebut telah mampu menghasilkan
dan menyampaikan suatu karya yang memenuhi nilai-nilai yang hendak
dikomunikasikan, berupa pesan-pesan estetik.
Inti dari pencapaian taksu menjadi metaksu, adalah
didalam suatu karya tersembunyi subjektivitas undagi, dan masyarakat
melihat sebagai suatu karya yang utuh (manunggal). Maka taksu dapat
dikatakan semacam “ideologi” bagi masyarakat Hindu Bali; dalam
pengertian sebagai suatu kumpulan nilai-nilai budaya asli daerah yang
dijadikan landasan pemikiran, pendapat yang memberikan arah tujuan untuk
mencapai kualitas dalam kehidupan.
Pencapaian
pemahaman nilai-nilai taksu merupakan sesuatu yang sangat penting bagi
undagi karena akan berdampak dalam upaya menjaga kualitas keharmonisan
dan keserasian antara bhuwana alit dan bhuwana agung, sesuai tujuan
akhir hidup orang Bali, yaitu : mencapai kesejahteraan jagad dan
mencapai moksa (keabadian akhirat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar