BARONG
LANDUNG
Di
dalam kehidupan di Bali, Barong Landung kerap mengisi Hari Raya Galungan dengan
acara “ngelawang” (menari sambil berkeliling desa). Asal mula Barong Landung
dapat kita jumpai di dalam dua buah cerita dengan versi yang berbeda, maka dari
itu saya hadirkan kedua buah versi itu di dalam wacana di bawah ini agar
informasi yang kita terima maksimal.
Versi 1
Ida Dalem Jayapangus adalah raja Bali
yang paling tua sekitar 800 masehi, beliau menjadi penguasa jagat di Singa Duala yang sekarang disebut
Dalem Puri. Nah ketika itu terdampar sebuah kapal dagang dari cina yang
dimiliki oleh Cocomanira di Batu Klotok (sanur) yang diselamatkan oleh sebuah
Kakua Blimbing atau Kuma Raja. Nah pada saat itu Cocomanira menghadap kepada
sang raja bersama dengan istri dan anaknya yang bernama Kang Tjing Wei.
Disanalah rasa cinta sang prabu muncul. Ida Dalem Jayapangus berniat untuk
memperistri Kang Tjing Wei dan niatnya itupun ditentang oleh Pandita Puri
karena menganggap bahwa orang Cina adalah kerabat tertua orang Bali dan apabila
jadi diperistri maka akan menimbulkan mala petaka.
Karena sudah jatuh cinta, Ida Dalem
Jaya pangus tak menggubris saran dari Sang Pandita dan malah mengusirnya.
Dihari pernikahannya banjir bandangpun datang dan meluluhlantahkan Purinya,
disanalah Ida Dalem Jayapangus teringat dengan pesan dari Sang Pandita. Ia
kemudian meminta patihnya untuk mencari Sang Pandita, dan segera meminta maaf
atas kesalahnya dulu. Karena Purinya telah hancur lebur maka atas sara Sang
Pandita, beliau pun mendirikan sebuah Puri baru yang di sebut Balingkang yang berlokasi di Penelokan,
Bangli.
Setelah sekian lama menikah, Ida Dalem
Jayapangus belum juga diberi keturunan, atas dasar tersebut kemudian beliau
melakukan prosesi pertapaan di Gunung Batur. Ketika sedang bertapa muncullah wanita lain yang bernama
Dewi Danu, rupanya sangat cantik sehingga membuat Ida Dalem Jayapangus
terpesona.Ida Dalem Jayapangus merayu Dewi Danu agar mau dijadikan istri,
sebelum akhirnya menerima lamaran dari Ida Dalem Jayapangus, Dewi Danupun
mengajukan sebuah persyaratan “Jikalau nanti menikah dan mempunyai keturunan,
maka harus dijadikan raja”. Karena telah menyanggupi akhirnya Ida Dalem Jaya
Pangus dan Dewi Danu menikah. Lahirlah seorang putra berwujud raksasa yang
bernama Maya Denawa.
Karena sudah bertahun – tahun Kang Tjing
Weipun geram menunggu suaminya pulang kerumah, disusulah sang suami menuju ke
Gunug Batur. Sesampainya disana Kang Tjing Wei dimakan rasa sakit hati karena
melihat suaminya bersama wanita lain beserta seorang anak laki – laki yang
duduk dipangkuan suaminya. Kata caci makipun keluar dari mulut kang Tjing Wei dengan
mengatakan kalau Dewi Danu adalah perusak rumah tangga orang. Karena tidak suka
dengan perkataan kasar tersebut Dewi Danu pun marah dan membakar Kang Tjing Wei
menjadi abu. Melihat hal tersebut Ida Dalem Jayapangus menyesali perbuatannya,
makin marahlah Dewi Danu hingga ikut membakar Ida Dalem Jayapangus menjadi abu.
Setelah kejadian tersbeut, rakyat Dalem
Balingkang bingung untuk menjalankan pemerintahan karena Rajanya telah dibakar
menjadi abu. Disanalah rakyat Dalem Balingkang memohon kepada Dewi Danu untuk
menghidupkan kembali Raja mereka. Dengan memohon setulus hati, akhrinya Dewi
Danu menghidupkan kembali Ida Dalem Jayapangus dan Kang Tjing Wei namun dalam bentuk boneka. Abu Kang
Tjing Wei dimasukan kedalam boneka bekung dan abu Ida Dalem Jayapangus
dimasukan kedalam boneka yang berwana hitam serta bertaring. Kedua boneka tersebut
kemudian disungsung oleh rakyat Bali samapai saat ini
Versi 2
Barong ini mula-mula dipakai untuk mengelabui barisan makhluk halus ganas
yang menebar segala bencana penyakit dan marabahaya ke perkampungan penduduk
Bali. Makhluk-makhluk halus tersebut dipercaya sebagai anak buah dan hulubalang
Ratu Gede Mecaling yang menyeberangi lautan dari Nusa
Penida. Oleh seorang pendeta sakti, kemudian penduduk disarankan
untuk membuat patung yang mirip sang majikan, tinggi besar, hitam dan
bertaring, dan diberi nama Jero Gede Mecaling, atau Ratu Mecaling.
Karena itu masyarakat segera membuat tiruan Jero Gede Mecaling dan
mengaraknya berkeliling kampung untuk membuat para makhluk halus itu takut dan
menyingkir. Sirnalah segala macam penderitaan yang menghantui penduduk selama
ini. Untuk penghormatan kepada tiruan Jero Gede, dibuatlah pasangannya
yang biasa dipanggil Jero Luh. Kedua Barong Landung itu sering dihibur,
diajak berjalan-jalan dan dibuatkan keramaian supaya bisa menari dan
bersenang-senang.
sumber :
www.babadbali.com/seni/drama/dt-barong-landung.htm
julianatamanbali.blogspot.com/2011/02/satua-barong-landung.html
Suksema Putri Karunia pembaharuan pembelajarannya tentang Barong Landung sudah Ibu terima dan dibaca..... senang menerimanya dan jangan lupa... kuasai isinya gih......matur suksema dumogi Bali Lestari
BalasHapusBagus put blognya, nambah ilmu hhi:3
BalasHapussuksma ngih
BalasHapussuksma ngih
BalasHapus